Jakarta, Faktanesia.id – Era Indonesia Emas 2045 menjadi peluang sekaligus tantangan bagi bangsa Indonesia, terlebih lagi bagi anak muda saat ini. Karena anak-anak muda Generasi Millenial dan Generasi Z (Gen-Z) saat ini, merupakan calon-calon pemimpin yang menentukan apakah di masa emas nanti, Indonesia akan menjadi Negara Maju, atau sebaliknya menjadi Negara yang hancur dikarenakan generasi muda saat ini masih abai dengan masa depan bangsanya.
Oleh karenanya, Partai Pelita bermaksud menjadi sebuah kendaraan yang dapat menarik anak-anak muda untuk ikut serta mewarnai negara Indonesia dengan berbagai prestasi.
“Salah satu PR besar kita saat ini adalah menumbuhkan nilai-nilai kepedulian dan pengabdian di benak generasi muda. Baik itu kepedulian sosial, ekonomi maupun politik,” kata Ary Chandra Kurniawan, Ketum DPP Partai Pelita dalam Pengukuhan Pengurus Baru DPP Partai Pelita sekaligus meluncurkan logo baru di Jakarta, Rabu (8/11/2023).
Menurutnya, salah satu fenomena hilangnya kepedulian adalah Bystander Effect. Yakni suatu fenomena dalam psikologi sosial ketika seseorang membutuhkan pertolongan, tapi orang di sekitarnya tidak ada yang membantu. Hal ini dikarenakan orang-orang tersebut beranggapan bahwa akan ada orang lain yang menolong korban.
Akan tetapi, lanjut Ari Chandra Kurniawan, yang kerap disapa Archan, karena semua orang memikirkan hal yang sama, akhirnya tidak ada orang yang menolong sama sekali. Oleh sebab itu, fenomena ini disebut bystander karena orang-orang tersebut hanya menonton korban meminta tolong dengan berharap orang lain akan membantunya.
“Peristiwa tersebut kerap kita lihat di jagad maya belakangan ini, di mana orang lebih berlomba-lomba untuk paling terdepan merekam suatu kejadian kecelakaan, bukan melakukan pertolongan pertama pada seorang korban,” ujarnya.
Archand menambahkan, pada peristiwa sosial dewasa ini, di tengah begitu banyaknya partai politik, begitu bertebarannya janji-janji calon pemimpin dan anggota dewan, serta maraknya spanduk dan baliho yang menjanjikan kesejahteraan bagi masyarakat, manakah yang benar-benar bertindak dan membantu masyarakat? Benarkah mereka membantu dengan tulus atau hanya bertujuan mengamankan kantong suara?.
“Tentu tidak sedikit biaya kampanye untuk meraup popularitas dari lembaran-lembaran spanduk yang terpasang di seluruh nusantara. Mulai dari jutaan atau bahkan miliaran rupiah digelontorkan, untuk membeli popularitas lewat iklan penuh dengan ‘janji manis’,” imbunya.
Dia menambahkan, biaya miliaran atau bahkan triliunan rupiah dari spanduk-spanduk iklan partai jika dikonversi menjadi sebuah program untuk masyarakat, tentu akan lebih bermanfaat dan bermartabat.
Archand menambahkan, dalam fenomena psikologi sosial, untuk memecah Bystander Effect adalah dengan melakukan aksi kejut berupa teriakan lalu dengan sigap turun langsung membantu korban dalam peristiwa kecelakaan sehingga mendorong orang lain untuk terlibat dan berpartisipasi.
Saat ini, kami kaum muda acapkali dijadikan komoditas politik, milenial dan Gen Z dielu-elukan sebagai pemimpin masa depan, dirayu dan direbut perhatiannya dengan segala macam hiburan dan komedi politik yang slapstik, menjdi objek alih-alih sebagai subjek, karena besarnya kekuatan dan jumlah kaum muda pada kontestasi kedepan.
Banyak yang sibuk mengklaim sebagai partai anak muda, si paling peduli dengan generasi muda dan janji-janji kampanye untuk memenangkan hati pemuda bertebaran begitu nyata.
Archan mengungkapkan fakta, bullying semakin menjadi-jadi, Gen Z sibuk mencari kekayaan instan, judi online, pinjol, rangkap jabatan, bohong, nepotisme, membangun dinasti, hutang yang banyak, kemunafikan terus berkembang.
“Setelah gaung mental yang di revolusi maka sudah saatnya Partai Pelita mempelopori Mental Recovery dan menjadi ice breaker dari Bystander Effect,” katanya.
Archan menambahkan, Partai Pelita harus menjadi lokomotif perjuangan meski lahir belakangan. Satu kata kunci dalam perjuangan jika kita ingin menjadi pemain global yakni dominasi. Maka Partai PELITA menegaskan harus mendominasi dan menjadi yang terdepan dalam corong perjuangan moral.
Dia berharap, Partai Pelita menjadi penerang bagi suramnya masa depan akhlak generasi mendatang dan Partai Pelita berkomitmen menjadi peletak fondasi utama mental dan moral bangsa menuju peradaban emas 2045.*RS