faktanesia.id – Sekretaris Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Muhammad Izzul Muslimin, menegaskan pentingnya menjaga etika dan kebenaran di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, khususnya dalam bidang fotografi dan jurnalistik.
Hal ini disampaikan Izzul Muslimin saat membuka kegiatan Lokakarya Fotografi Jurnalistik Kemendikdasmen Ramah Yang digelar di Aula Lantai 6 Gedung At-Tanwir, Kantor PP Muhammadiyah, Menteng Raya No. 62, Jakarta Pusat, pada Selasa (28/10/25).
Dalam sambutannya, Izzul Muslimin menyampaikan bahwa kemajuan teknologi digital telah mengubah cara masyarakat berkomunikasi dan memproduksi informasi visual.
“Dulu, memfoto dan merekam itu pekerjaan khusus. Sekarang semua orang bisa memotret lewat ponsel. Teknologi memang memudahkan, tapi di sisi lain menghadirkan tantangan baru, terutama soal etika,” ujarnya.
Ia menambahkan, perkembangan kecerdasan buatan (AI) dapat menciptakan realitas semu yang sulit dibedakan dari kenyataan.
“Yang tidak dilakukan seolah dilakukan. Semuanya menjadi kabur antara nyata dan tidak nyata. Di sinilah pentingnya menjaga etika dan kebenaran,” tegasnya.

Izzul juga menyinggung fenomena penyalahgunaan teknologi digital yang dapat menimbulkan fitnah dan disinformasi. Ia menggatikan hal itu dengan peringatan agama tentang fitnah di akhir zaman, yang dapat dimaknai sebagai sistem menyesatkan akibat penyalahgunaan teknologi.
“Bisa jadi Dajjal itu bukan makhluk fisik, tapi sistem yang menimbulkan fitnah,” ujarnya reflektif.
Kegiatan Lokakarya Fotografi Jurnalistik Kemendikdasmen Ramah diselenggarakan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Umum PP Muhammadiyah bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen). Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kapasitas komunikasi visual di lingkungan pendidikan Muhammadiyah sekaligus memperkuat pemahaman etika jurnalistik dalam praktik fotografi.
Perwakilan dari Kemendikdasmen, Sugiyono, selaku Kasubag TU dan Staf Khusus Menteri Biro Umum Kemendikdasmen RI, dalam sambutannya menekankan pentingnya penerapan budaya kerja RAMAH dalam setiap kegiatan pendidikan. RAMAH merupakan akronim dari Responsif, Akuntabel, Melayani, Adaptif, dan Harmonis.
“Budaya kerja ramah ini bagian dari implementasi program prioritas pemerintah untuk mewujudkan pendidikan bermutu bagi semua,” ujarnya.
Sugiyono juga menyoroti pentingnya pemanfaatan AI secara etis dalam dunia fotografi.
“Jangan sampai foto yang dihasilkan justru menyinggung pihak tertentu atau melanggar hukum. Etika AI menjadi bagian penting dalam lokakarya ini,” tegasnya.
Melalui kegiatan ini, para peserta diharapkan tidak hanya menguasai keterampilan teknis fotografi jurnalistik, tetapi juga mampu menerapkan nilai-nilai etika, tanggung jawab, dan budaya bangsa Indonesia dalam setiap karya visual yang dihasilkan.
“Semoga lahir para fotografer pendidikan yang santun, beretika, dan mampu menyampaikan kebenaran melalui karya,” tutup Muhammad Izzul Muslimin.

 
		 
				 

 
									 
					