FAKTANESIA.ID – Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU) bersama Kementerian Agama (Kemenag) RI menggelar Workshop Keluarga Maslahat pada Sabtu dan Ahad (28-29/12) di lantai 3 Gedung KH M Yusuf Hasyim, Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.
Wakil Ketua Satgas Nasional GKMNU, Hj Alissa Qotrunnada Munawarroh (Alissa Wahid), menyampaikan pentingnya memahami konsep keluarga maslahat yang menjadi perjuangan Nahdlatul Ulama (NU).
“Pada tahun 2015, saya membaca artikel KH Ali Yafie yang menjelaskan bahwa keluarga maslahat terdiri dari ayah yang saleh, ibu yang salehah, anak-anak yang abrar, rezeki yang cukup, dan pergaulan yang baik,” ungkapnya dikutip NUOnline.
Alissa menegaskan bahwa workshop ini merupakan langkah strategis untuk memperkuat peran santri dalam membangun keluarga dan masyarakat. Dengan pemahaman mendalam serta keterampilan praktis yang diberikan, para peserta diharapkan mampu menjadi agen perubahan di tengah masyarakat, khususnya di tingkat desa.
“Misi keluarga maslahat adalah mewujudkan kemaslahatan bagi keluarga Indonesia, khususnya keluarga NU, dengan gerakan khidmat yang solid dan terintegrasi,” jelasnya.
Salah satu strategi utama Satgas Nasional GKMNU adalah menggandeng para santri pesantren untuk membawa pesan keluarga maslahat ke masyarakat. Generasi muda seperti santri dianggap memiliki waktu, tenaga dan semangat untuk menghidupkan amaliyah NU yang telah terbukti menjadikan keluarga Nahdliyin moderat dan mampu bergaul dengan berbagai lapisan masyarakat.
“GKMNU mendidik santri untuk mendekat kepada umat. Sebelum itu, mereka diperkuat pemahamannya tentang konsep keluarga maslahat Nahdliyah agar dapat memberikan bimbingan keluarga,” imbuh Alissa.
Ia menambahkan, program ini juga menjadi bagian dari kaderisasi dai dan daiyah di lingkungan NU. “Bimbingan keluarga ini adalah semacam penyuluhan, di mana para kader tidak hanya pintar mengaji tetapi juga terjun langsung ke masyarakat,” ujarnya.
Menurut Alissa, kunci sukses program ini adalah sikap melayani umat dan haus akan ilmu pengetahuan. Dengan wawasan yang luas, kader NU diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat menuju Islam rahmatan lil alamin.
“Kesempatan belajar bersama ini harus diakhiri dengan keyakinan untuk siap mengurus umat sebagai khadimul ummah, bukan dengan mentalitas ‘aku dapat apa,’ tetapi dengan semangat melayani dan meningkatkan kesejahteraan rakyat,” katanya.
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin), menekankan bahwa NU didirikan untuk mendampingi dan melayani umat. Workshop keluarga maslahat ini dinilai sangat strategis karena menjangkau organisasi terpenting, yakni keluarga. Dengan sinergi yang kuat, NU diharapkan dapat tersambung dari struktur tertinggi hingga paling bawah, tidak hanya dalam aspek ekonomi, tetapi juga sosial dan keagamaan.
“Ini adalah program baru di Jawa Timur. Ke depan, kami akan melibatkan lebih banyak pondok pesantren karena NU didirikan untuk membersamai umat. Harapannya, program ini dapat merajut persatuan dan menyatukan yang terpecah,” tutur Gus Kikin.
Pengasuh Pesantren Tebuireng itu berharap GKMNU mampu melanjutkan tradisi NU dalam menjaga keutuhan umat dan harmoni masyarakat Indonesia berdasarkan nilai-nilai pesantren.
“Pesantren telah melayani umat sejak sebelum Indonesia merdeka hingga kini. Kita harus menjaga apa yang telah diwariskan sejak zaman dahulu,” tutupnya.
Dengan program seperti workshop keluarga maslahat, NU diharapkan terus menjadi teladan dalam mewujudkan masyarakat yang harmonis dan sejahtera.