faktanesia.id – Menteri Agama Nasaruddin Umar bersama Duta Besar Singapura untuk Indonesia, Y.M. Kwok Fook Seng, mengadakan diskusi terkait diplomasi agama, harmoni budaya, dan tradisi bersama. Pertemuan ini berlangsung di kantor pusat Kementerian Agama, Jakarta, pada Jumat (6/12).
Dalam pertemuan tersebut, Menag Nasaruddin menegaskan bahwa agama merupakan pedoman penting bagi masyarakat dalam menjalani kehidupan yang lebih baik.
“Bagi masyarakat religius, agama adalah landasan hidup. Sulit membayangkan kehidupan tanpa kehadiran agama,” kata Menag Nasaruddin.
Ia juga memaparkan pendekatan inovatif yang dilakukan Indonesia dalam membangun inklusivitas dan kerukunan.
“Kami menjadikan masjid, salam, dan tempat ibadah lainnya sebagai pusat kegiatan inklusif. Bahkan, kami sering mengadakan acara bersama dengan komunitas non-Muslim,” jelas Imam Besar Masjid Istiqlal itu.
Menag Nasaruddin melanjutkan dengan menyampaikan visinya untuk masa depan, di mana dialog antaragama menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
“Kami berharap di masa depan, para pemuka agama, baik biksu maupun pendeta, dapat berdiskusi bersama setiap Jumat, diakhiri dengan makan pagi bersama. Inilah salah satu bentuk kearifan lokal yang kami miliki,” tambahnya.
Ia juga menyoroti peran strategis Indonesia dalam melestarikan warisan budaya dan agama di Asia Tenggara.
“Tradisi Melayu yang dimiliki Indonesia dan Malaysia adalah aset budaya yang unik. Kita harus menjadikannya kekuatan regional untuk mempererat hubungan,” ujarnya.
Menurut Menag, Indonesia mampu menjaga keseimbangan antara melindungi identitas keislaman dan mempraktikkan moderasi.
“Kita bisa tetap moderat tanpa kehilangan jati diri Islam. Ini adalah tantangan sekaligus peluang besar,” katanya.
Dubes Kwok Fook Seng sejalan dengan pandangan Menag. Ia menekankan bahwa agama semestinya menjadi elemen yang menyatukan, bukan memecah belah.
“Persatuan adalah kunci. Agama pada dasarnya memiliki inti yang serupa, dengan perbedaan yang tidak seharusnya menjadi penghalang,” ungkap Dubes Kwok.