Faktanesia.id, – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup melemah pada perdagangan Senin (10/2), turun sebesar 94,43 poin atau -1,40% ke level 6.648,14.
Pelemahan tersebut menandai penurunan selama empat hari berturut-turut, didorong oleh tekanan terhadap saham-saham grup perusahaan Prajogo Pangestu, terutama PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), serta faktor eksternal yang masih kurang kondusif.
Sejumlah saham dengan kapitalisasi besar mengalami koreksi tajam, di antaranya TLKM (-5,79%), BREN (-5,34%), BMRI (-2,91%), BBCA (-2,14%), dan CUAN (-19,87%).
Sentimen Global Membayangi Pasar
Menurut Liew Kong Qian, Head of Investment, Eastspring Investments Indonesia, dalam keterangan tertulisnya, Senin, pelemahan IHSG tak lepas dari tekanan eksternal, terutama rencana mantan Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan tarif 25% pada impor baja dan aluminium dari semua negara.
“Keputusan ini berpotensi memperburuk hubungan dagang global dan meningkatkan ketidakpastian pasar,” kata Liew Kong Qian.
Selain itu, lanjut dia, pidato semi-tahunan Ketua The Fed, Jerome Powell, di hadapan Kongres AS menjadi perhatian utama investor.
“Pasar menantikan sinyal terkait kebijakan moneter AS ke depan, terutama terkait kemungkinan pelonggaran suku bunga guna menjaga stabilitas ekonomi dan arus investasi asing,” ujar Liew Kong Qian.
Dampak pada Nilai Tukar Rupiah dan Obligasi
Seiring tekanan di pasar saham, nilai tukar Rupiah juga melemah 0,46% ke IDR16.358 per Dolar AS, terpengaruh oleh penguatan indeks Dolar AS.
Namun, pasar obligasi mencatat kinerja lebih stabil. Dalam sepekan terakhir hingga 7 Februari 2025, IHSG telah terkoreksi -5,16%, sementara obligasi mengalami kenaikan +0,84%.
“Imbal hasil obligasi turun signifikan sebesar 12 basis poin, menandakan investor mulai mengalihkan aset mereka ke instrumen dengan risiko lebih rendah,” jelas Liew Kong Qian.
Strategi Investor: Diversifikasi dan Kesempatan Beli Saham Murah
Dengan tingginya volatilitas pasar, para analis merekomendasikan strategi diversifikasi portofolio sebagai langkah mitigasi risiko.
Liew Kong Qian menambahkan, meskipun IHSG terus tertekan, koreksi ini juga membuka peluang bagi investor untuk mengakumulasi saham berkualitas dengan valuasi lebih menarik untuk jangka panjang.
“Sebagai bagian dari strategi investasi yang lebih luas, memahami pergerakan pasar global dan dampaknya terhadap ekonomi domestik menjadi kunci dalam mengambil keputusan yang tepat di tengah ketidakpastian,” pungkasnya.[R5]