Faktanesia.id, – Yayasan Komunitas Berdaya Indonesia bersama Suku Dinas Pendidikan Wilayah Jakarta Selatan 1, mengadakan seminar penguatan kapasitas Guru SMP, SMA, SMK dan PKBM, bertema “Cegah dan Kenali Perilaku Perundungan di Sekolah”.
Seminar itu digelar dalam rangka mendukung Kampanya Nasional Gerakan Anti-Perundungan (GAP), serta menerapkan Program TPPK (Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan) di sekolah.
Kegiatan ini diadakan di Aula Serbaguna Kantor Walikota Jakarta Selatan, Kebayoran Baru, pada Selasa (21/5/2024).
Ketua Panitia dari Yayasan Komunitas Berdaya Indonesia, Lely Wahyuniar, mengatakan, seminar ini bertujuan untuk memperkuat peran guru dan sekolah dalam mencegah dan menangani perundungan di lingkungan pendidikan.
Seminar yang berlangsung seharian ini dihadiri oleh Ketua atau anggota TPPK jenjang SMP, SMA, dan SMK Negeri/Swasta dan PKBM dari wilayah Jakarta Selatan sekitar 250 guru.
Dalam sambutannya, Kepala Suku Dinas Pendidikan Wilayah I Kota Administrasi Jakarta Selatan, Sarwoko menjelaskan pentingnya adanya kebijakan yang dapat menjadi arahan sekolah dan guru untuk mencegah dan menangani kekerasan di sekolah.
Perundungan di sekolah merupakan masalah serius yang mempengaruhi perkembangan psikologis dan akademis siswa.
Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) dan survei dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, lebih dari 30% siswa di tingkat SD dan SMP pernah menjadi korban perundungan.
Perundungan tidak hanya terjadi secara fisik, tetapi juga secara verbal, psikologis, dan melalui media sosial.
Selain itu, Kasi SMK, Kursus dan Pelatihan Suku Dinas Pendidikan Wilayah I Kota Administrasi Jakarta Selatan, Wihu Kusrini menekankan perlunya komitmen Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Siswa dan alumni dalam pelaksanaan kegiatan TPPK.
Hadir sebagai narasumber soal Penerapan Modul TPPK di SMP dan SMA, Lina Purnamaasih, Kasi SMP dan SMA Suku Dinas Pendidikan Wilayah I Kota Administrasi Jakarta Selatan, berharap modul TPPK ini dapat digunakan di sekolah-sekolah dengan metode yang kreatif dan komprehensif sehingga dapat lebih efektif.
Narasumber lainnya, Direktur Yayasan Komunitas Berdaya Indonesia, Lely Wahyuniar, menyatakan, perundungan mempunyai dampak buruk terhadap korban karena dapat mengakibatkan masalah kesehatan mental jangka panjang yang bisa mengganggu masa depan korban dan kondisi keluarganya.
“Oleh karena itu, perundungan harus dicegah sedini mungkin melalui keterlibatan moral semua unsur sekolah, guru, orang tua dan siswa dan juga alumni untuk menanamkan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh unsur sekolah tersebut,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Lely, melakukan sistem pembelajaran dengan metode SEL (Social Emotional Learning) yaitu melalui riset melalui internet, integrasi dengan pelajaran dan kegiatan, melalui seni, dan lain-lain.
Narasumber terakhir dalam seminar tersebut Dewi Basri dari SATGAS Teladan berbagi pengalaman tentang Penerapan Program TPPK di SMAN 3 Jakarta.
Acara dilanjutkan dengan Peluncuran Lagu Stop Bullying oleh Paduan Suara SMAN 3 Jakarta.
Lagu ini jyga dinyanyikan seluruh siswa dari sekolah yang hadir untuk meningkatkan kesadaran siswa.
Lagu ini diharapkan dapat diviralkan para siswa melalui sosial media sekolah dan pribadi sehingga dapat dinyanyikan oleh banyak siswa untuk mendapatkan rekor MURI.
Peserta juga berdiskusi untuk merencanakan langkah kerja nyata paska seminar di sekolahnya masing-masing, contohnya bagaimana sosialisasi anti perundungan dapat dilaksanakan bersamaan dengan orientasi penerimaan siswa baru, untuk membangun kesadaran satgas TPPK pihak sekolah, guru dan siswa untuk mencegah perundungan di sekolah secara bersama.(*R5)