FAKTRANESIA.ID – Direktur Wahid Foundation, Zannuba Ariffah Chafsoh (Yenny Wahid), secara tegas menolak wacana tentang Muktamar Luar Biasa (MLB) Nahdlatul Ulama (NU). Ia mengungkapkan bahwa gerakan tersebut hanya akan memecah belah organisasi besar ini.
“Saya tidak setuju dengan gerakan MLB NU karena apa pun tujuannya, ini hanya akan menciptakan perpecahan di tubuh NU,” kata Yenny Wahid saat ditemui oleh wartawan dalam acara Haul Ke-15 di Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu (21/12).
Yenny menjelaskan bahwa munculnya wacana tersebut hanya akan menambah kebingungan di kalangan pengurus dan warga NU yang berada di tingkat bawah. Menurutnya, gerakan tersebut tidak memperhatikan kondisi yang dihadapi oleh warga NU di tingkat akar rumput.
“Yang menjadi korban adalah umat di bawah, yang melihat para pemimpin mereka bertengkar dan berusaha saling menjatuhkan. Pengurus ranting dan cabang akan merasa terpuruk, begitu juga dengan warga NU yang ada di bawah,” lanjutnya.
Sebagai anak kedua dari KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Yenny berharap siapa pun yang mendukung wacana MLB dapat memikirkan kembali niat tersebut dan memilih jalan musyawarah untuk menyelesaikan masalah internal yang ada di tubuh NU.
“Jika ada masalah di dalam tubuh NU, mari kita duduk bersama untuk mencari solusi yang terbaik. Saya hanya ingin NU tetap bersatu dan utuh,” tegasnya.
Yenny juga menegaskan pentingnya menjaga simbol kesatuan yang ada dalam logo NU, yaitu tali jagad, yang melambangkan persatuan. Ia mengimbau agar wacana MLB dihentikan demi menjaga keharmonisan dalam tubuh NU.
“Tali jagad dalam logo NU adalah simbol yang harus menyatukan kita. Dalam Qanun Asasi NU jelas kita diminta untuk bersatu. Jadi, saya berharap kita semua mengakhiri gerakan dan wacana MLB ini,” ujar Yenny.
Yenny juga memperingatkan bahwa perpecahan yang terjadi bisa dimanfaatkan oleh kelompok luar yang berkepentingan, yang dapat merusak keharmonisan internal NU dan membawa kepentingan politik sempit. Ia menekankan bahwa NU harus dijaga dari pengaruh luar yang bisa mengganggu karamah (kemuliaan) para kiai dan keberlanjutan organisasi ini.