faktanesia.id – Wakil Ketua Umum MUI, KH Marsudi Syuhud, membuka kegiatan Standardisasi Dai Angkatan ke-35 yang diadakan oleh Komisi Dakwah MUI, bertempat di Wisma Mandiri, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (18/11), dikutip mui.or.id.
Dalam sambutannya, Kiai Marsudi menekankan pentingnya dakwah yang bersifat membangun dan memperbaiki, bukan meruntuhkan.
“Esensi dari dakwah adalah membangun, bukan meruntuhkan. Ketika kita berdakwah, fokusnya adalah memperbaiki, bukan menghancurkan,” ujar Kiai Marsudi.
Beliau menjelaskan, konsep membangun dalam dakwah mencakup memperbaiki segala kekurangan yang ada tanpa menghapus hal yang telah baik. Dalam konteks membangun bangsa, Kiai Marsudi menekankan pentingnya memperbaiki undang-undang, aturan, maupun pelaksanaan yang belum sesuai dengan harapan, alih-alih merobohkan atau menghancurkan.
“Yang kurang kita benahi. Kalau ada undang-undang atau aturan yang belum sesuai, kita perbaiki. Begitu juga pelaksanaan yang belum ideal, kita luruskan. Dakwah adalah tentang membangun kebaikan, bukan menghancurkan bangsa ini,” jelasnya.
Kiai Marsudi juga mengingatkan pentingnya menjaga kemaslahatan bangsa melalui dakwah yang mengutamakan persatuan di tengah perbedaan pendapat.
“Kalau ada perbedaan pendapat, sampaikan semuanya dengan baik. Itulah keberagaman dalam pandangan, dari *qaulan*, *qaulani*, hingga *aqwalun*. Pada akhirnya, perbedaan di antara umat itu adalah rahmat,” ungkapnya.
Beliau menegaskan bahwa perbedaan adalah rahmat jika dikelola dengan bijak. Dalam dakwah, tidak boleh ada klaim kebenaran tunggal. Sebaliknya, perbedaan harus menjadi jalan untuk saling memahami dan menyatukan.
“Seperti memilih minuman, ada yang ingin kopi, teh, atau jus. Semuanya boleh, tergantung pilihan masing-masing. Cara pandang seperti ini yang perlu diterapkan oleh para dai agar tetap terhubung dan mampu menjalin persatuan, meskipun berasal dari latar belakang organisasi yang berbeda,” tutup Kiai Marsudi.